"Apakah pantas seseorang itu dikatakan berakal, jika dia menjual Surga dengan syahwat yang sesaat?"

Social Icons

"Demi Allah! Eksistensi seorang Pemuda ditentukan oleh Ilmu dan Taqwanya, jika dua hal ini tidak ada, maka sejatinya dia bukanlah pemuda!"
Al-Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-

Pages

Friday, 11 April 2014

ABU UBAIDAH BIN AL-JARRAH -radhiallahu 'anhu- "ORANG KEPERCAYAAN UMMAT'


بسـم اللـه الرحمن الرحيـم
Abu Ubaidah ibnul Jarrah d, seorang sahabat nabi yang mulia. Nama beliau ‘Amir bin ‘Abdillah bin al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits bin fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Juzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan, al-Qurasyiyy al-Fihriyy al-Makkiyy. Nasab beliau bertemu dengan Nabi s pada Fihr.[1] Beliau d termasuk dalam golongan as-Sabiqunal Awwalun (yang pertama-tama masuk Islam). Beliau juga termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau seorang penunggang kuda yang telah memimpin beberapa peperangan, di antaranya perang Yarmuk, bersama dengan empat panglima yang lainnya, yaitu Yazid bin Abi Sufyan, Ibnu Hasanah, Khalid bin Walid dan Iyad.[2]
Abu Ubaidah d disifati dengan orang yang memiliki akhlak-akhlak mulia, kelembutan dan kesantunan serta ketawadhu’annya.
Suatu ketika Rasulullah s bersabda tentangnya, “Sesungguhnya setiap umat memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubidah ibnul Jarrah.”
Abu Ubaidah d juga seorang lelaki yang dikagumi Umar bin al-Khaththab d. Saat berdiskusi dengan Abu Bakar d tentang kekhalifahan, Umar d pun mengusulkan nama Abu Ubaidah. Bahkan hingga setelah beliau wafat, ketika Umar d sedang duduk-duduk dengan sahabat yang lain (saat itu menjabat sebagai khalifah) beliau berkata kepada mereka: “Berangan-anganlah kalian!” Maka seorang dari mereka ada yang berharap memiliki harta simpanan yang banyak untuk diinfakkan. Sebagian lagi berharap mendapat emas yang banyak supaya bisa bersedekah dengannya. Kemudian mereka berkata, “Berangan-anganlah engkau wahai Amirul Mu’minin.” Beliau berkata, “Aku berharap di setiap rumah-rumah ini penunggang kuda seperti Abu Ubaidah.” Kenapa? Karena sedikitnya lelaki perwira yang hidup di suatu masyarakat!!
Sebab satu orang yang berlaku shidiq (benar) terhadap (perintah dan larangan) Allah, berkorban untuk membela aqidah yang diyakininya terkadang dapat merubah keadaan masyarakat secara keseluruhan.
Abu Ubaidah d juga menjadi salah satu model pengamalan aqidah wala’ dan bara’ (loyalitas dan disloyalitas), yaitu saat perang Badar beliau memerangi ayahnya sendiri yang saat itu berperang dari kubu orang kafir. Banyak riwayat-riwayat dari mufassirin yang menunjukkan bahwa ayat berikut turun berkait dengan perbuatan beliau ini.
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,  saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang tersebut adalah bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka sendiri. Mereka itulah yang Allah telah menanamkan  keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan Dia memasukkan mereka ke dalam Jannah  yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun puas terhadap (limpahan rahmatNya). Mereka itulah hizbullah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itulah golongan yang beruntung”. (Qs. Al Mujaadilah: 22).

Beliau juga dikenal sebagai orang yang adil, sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah ucapan orang-orang nashara di Syam. Saat Abu Ubaidah d mengembalikan Jizyah mereka karena merasa tak dapat lagi melindungi mereka dari serangan tentara Romawi. Sungguh, keadilan kalian lebih kami sukai daripada kezhaliman penguasa-penguasa kami".
Abu Ubaidah d hanya sedikit meriwayatkan hadits, di antaranya adalah hadits tentang pengabaran Dajjal. Di antara ciri fisik beliau adalah bertubuh kurus dan memiliki jenggot yang tipis. Di antara perkataan yang menunjukkan kezuhudan beliau, Mamar berkata: dari Qatadah, Abu Ubaidah bin al-Jarrah berkata: Saya berangan-angan menjadi seekor kambing saja, kemudian keluargaku menyembelihku dan memakan dagingku dan meminum kuahku.
Dan berkata Imran bin Husein: Saya berangan-angan bahwa diriku adalah pasir yang diterbangkan angin.[3]
Beliau d wafat pada tahun 18 H saat itu mencapai umur 58 tahun. Semoga Allah meridhai para sahabat yang telah berjuang menyampaikan risalah Islam. Melalui merekalah kita merasakan manisnya nikmat hidayah ini.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, juga kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
***
Oleh : Ibnu Surapati


[1] Siyar A’lam an-Nubala’ (2/2640), Imam Az-Zahabi, 2004. (Penerbit: Bait al-Afkar ad-Dauliyyah, Lebanon) Juz Ke-2. Hal. 2107.
[2] Tafsir Ibnu Katsir Juz 4.
[3] Siyar A’lam An-Nubala’. Juz 2 Hal. 2110.

No comments:

Post a Comment