بسـم اللـه الرحمن الرحيـم
Abu Ubaidah ibnul Jarrah d, seorang sahabat nabi yang mulia. Nama beliau ‘Amir bin ‘Abdillah
bin al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits bin fihr bin Malik
bin An-Nadhr bin Kinanah bin Juzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan, al-Qurasyiyy al-Fihriyy al-Makkiyy. Nasab beliau
bertemu dengan Nabi s pada Fihr.[1] Beliau d termasuk dalam golongan as-Sabiqunal Awwalun (yang pertama-tama
masuk Islam). Beliau juga termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk
surga. Beliau seorang penunggang kuda yang telah memimpin beberapa peperangan,
di antaranya perang Yarmuk, bersama dengan empat panglima yang lainnya, yaitu
Yazid bin Abi Sufyan, Ibnu Hasanah, Khalid bin Walid dan Iyad.[2]
Abu Ubaidah d disifati dengan orang yang memiliki akhlak-akhlak mulia,
kelembutan dan kesantunan serta ketawadhu’annya.
Suatu ketika Rasulullah s bersabda tentangnya, “Sesungguhnya setiap umat memiliki orang
kepercayaan, dan orang kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubidah ibnul Jarrah.”
Abu Ubaidah d juga seorang lelaki yang dikagumi Umar bin al-Khaththab d. Saat berdiskusi dengan Abu Bakar d tentang kekhalifahan, Umar d pun mengusulkan nama Abu Ubaidah. Bahkan hingga setelah beliau
wafat, ketika Umar d sedang duduk-duduk dengan sahabat yang
lain (saat itu menjabat sebagai khalifah) beliau berkata kepada mereka: “Berangan-anganlah
kalian!” Maka seorang dari mereka ada yang berharap memiliki harta simpanan
yang banyak untuk diinfakkan. Sebagian lagi berharap mendapat emas yang banyak
supaya bisa bersedekah dengannya. Kemudian mereka berkata, “Berangan-anganlah
engkau wahai Amirul Mu’minin.” Beliau berkata, “Aku berharap di setiap
rumah-rumah ini penunggang kuda seperti Abu Ubaidah.” Kenapa? Karena
sedikitnya lelaki perwira yang hidup di suatu masyarakat!!
Sebab satu orang yang berlaku shidiq (benar) terhadap (perintah dan larangan) Allah, berkorban
untuk membela aqidah yang diyakininya terkadang dapat merubah keadaan
masyarakat secara keseluruhan.
Abu Ubaidah d juga menjadi salah satu model pengamalan aqidah wala’ dan
bara’ (loyalitas dan disloyalitas), yaitu saat perang Badar beliau memerangi
ayahnya sendiri yang saat itu berperang dari kubu orang kafir. Banyak
riwayat-riwayat dari mufassirin yang menunjukkan bahwa ayat berikut turun
berkait dengan perbuatan beliau ini.
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu
kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang tersebut adalah
bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka
sendiri. Mereka itulah yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan Dia memasukkan mereka
ke dalam Jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka
dan merekapun puas terhadap (limpahan rahmatNya). Mereka itulah hizbullah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itulah golongan yang beruntung”. (Qs. Al Mujaadilah: 22).
Beliau juga dikenal sebagai orang yang
adil, sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah ucapan orang-orang nashara di Syam.
Saat Abu Ubaidah d mengembalikan Jizyah mereka karena
merasa tak dapat lagi melindungi mereka dari serangan tentara Romawi. “Sungguh, keadilan kalian lebih kami sukai daripada kezhaliman penguasa-penguasa
kami".
Abu Ubaidah d hanya sedikit meriwayatkan hadits, di antaranya adalah hadits
tentang pengabaran Dajjal. Di antara ciri fisik beliau adalah bertubuh kurus
dan memiliki jenggot yang tipis. Di antara perkataan yang menunjukkan kezuhudan
beliau, Ma’mar berkata: dari Qatadah, Abu
Ubaidah bin al-Jarrah berkata: “Saya berangan-angan menjadi seekor
kambing saja, kemudian keluargaku menyembelihku dan memakan dagingku dan
meminum kuahku.”
Dan berkata Imran bin Husein: “Saya berangan-angan bahwa diriku adalah pasir yang diterbangkan
angin.”[3]
Beliau d wafat pada tahun 18 H saat itu mencapai umur 58 tahun. Semoga
Allah meridhai para sahabat yang telah berjuang menyampaikan risalah Islam.
Melalui merekalah kita merasakan manisnya nikmat hidayah ini.
Shalawat beserta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, juga kepada
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
***
Oleh : Ibnu Surapati
No comments:
Post a Comment