"Apakah pantas seseorang itu dikatakan berakal, jika dia menjual Surga dengan syahwat yang sesaat?"

Social Icons

"Demi Allah! Eksistensi seorang Pemuda ditentukan oleh Ilmu dan Taqwanya, jika dua hal ini tidak ada, maka sejatinya dia bukanlah pemuda!"
Al-Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-

Pages

Saturday, 15 March 2014

Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'Anhu



بسـم اللـه الرحمن الرحيـم
Pemuda yang cerdas, gagah lagi berani. Pemilik Zulfiqar : pedang bermata dua. Mendapat kemuliaan sebagai ash-shabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam), beliau tercatat sebagai pemeluk Islam pertama dari kalangan anak-anak, yaitu pada umur tujuh tahun (ada yang mengatakan delapan, dan adapula yang mengatakan sepuluh tahun). Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah Abul Hasan dan Husein.
Shahabat yang satu ini mendapat kemuliaan sebagai pendamping Rasulullah s juga sebagai sepupu dan menantunya. Semasa kecil, beliau diasuh oleh Rasulullah s, sementara saudaranya , Ja’far bin Abi Thalib d, diasuh oleh Abbas bin Abdul Muththalib d.
Ali bin Abi Thalib d termasuk salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga dan salah seorang dari enam ali syura. Beliau termasuk sahabat yang Rasulullah s wafat dalam keadaan ridha kepadanya. Beliau adalah khalifah rasyid yang keempat.
Ketika Abu Bakar d wafat lalu Umar d memegang jabatan khalifah atas dasar wasiat Abu Bakar kepadanya, Ali bin Abi Thalib d termasuk salah seorang sahabat yang membai’at Umar. Ali d selalu bersama Umar d dan memberikan masukan positif kepadanya. Disebutkan bahwa Umar memintanya menjadi qadhi (hakim) pada masa kekhalifahannya. Beliau menyertai Umar bersama para tokoh dari kalangan sahabat ke negeri Syam dan menghadiri khutbah Umar d di al-Jabiyah.
Ketika Umar d ditikam dan beliau menyerahkan urusan musyawarah kepada enam orang sahabat, salah seorang di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib d. Lalu mereka menetapkan dua orang calon, yaitu Utsman dan Ali. Lalu Utsman d terpilih menjadi khalifah. Namun begitu, Ali d tetap mendengar dan taat kepada Utsman d.
Beliau termasuk salah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Badar, yang mana Rasulullah s pernah berkata kepada Umar,
و ما يدريك لعل الله اطلع على أهل بدر فقال اعملوا ما شئتم فقد غفرت لكم
“Tahukah kamu, sesungguhnya Allah telah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh para peserta perang Badar. Allah mengatakan, ‘Lakukanlah sesukamu sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu’.”[1]
Ali d juga ikut dalam Bai’atur Ridhwan. Allah Ta’ala berfirman,
لقد رضي الله عن المؤمنين إذ يبايعونك تحت الشجرة
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.” (Al-Fath: 18)
Setelah pintu fitnah roboh (yaitu kematian Umar bin al-Khaththab d), banyak keributan dan fitnah yang terjadi. Di antara fitnah terbesar setelah kematian Utsman d adalah perselisihan Ali dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan dengan ummul mu’minin ‘Aisyah g. Ada juga fitnah Khawarij, mereka yang ghuluw dalam agama sehingga mereka menjadi sesat. Sikap seorang mu’min terhadap perselisihan ini, dengan tidak mencela seorangpun di antara sahabat. Karena mereka adalah adil, dan Allah sudah memilih mereka untuk menemani Rasul-Nya. Tidak pantas jika kita membicarakan perselisihan di antara mereka, kemudian mencelanya. Wallahu a’lam.
Waki’[2] meriwayatkan dari Amru bin Munabbih dari Aufa bin Dalham dari Ali bin Abi Thalib d bahwa beliau berkata, “Tuntutlah ilmu niscaya kamu akan dikenal karenya. Amalkanlah ilmu niscaya kamu akan menjadi ahlinya. Sebab akan datang satu zaman suatu saat nanti yang mana sembilan puluh persen dari kebenaran akan diingkari. Tidak akan selamat darinya kecuali setiap nuwamah[3] yang memberantas penyakit.merekalah imam di atas hidayah dan lentera ilmu, bukan orang yang sembrono dan madzayi’ budzur[4].”
Beliau wafat karena ditikam oleh musuh Allah, al-Fasiq Ibnu Muljam. Akhirnya beliau kembali kepada Rabb-nya. Semoga Allah meridhai para sahabat nabi yang telah menyampaikan risalah Islam ini kepada kita. Aamiin.
***
Oleh : Ibnu Surapati
Dengan referensi utama :kitab Tahdzib al-Bidayah wan Nihayah (Masa Khulafaur Rasyidin) karangan al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (w. 774 H) disusun oleh Dr. Muhammad bin Shamil as-Sulami.


[1] Muttafaqun ‘Alaih
[2] Tarikh Dimasyq, 12/380-381 dari jalur Waki’.
[3] Nuwamah maksudnya adalah orang-orang yang menahan diri pada saat terjadi fitnah (pertumpahan darah), ia tidak melibatkan diri sedikitpun. Silahkan lihat Lisanul Arab.
[4] Madzayi’ artinya orang yang suka menyiarkan berita. Budzur artinya orang yang suka membuka rahasia dan tidak dapat menyembunyikannya.

No comments:

Post a Comment