بسـم اللـه الرحمن الرحيـم
Pemuda yang cerdas, gagah lagi berani.
Pemilik Zulfiqar : pedang bermata dua. Mendapat kemuliaan sebagai
ash-shabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam), beliau tercatat
sebagai pemeluk Islam pertama dari kalangan anak-anak, yaitu pada umur tujuh
tahun (ada yang mengatakan delapan, dan adapula yang mengatakan sepuluh tahun).
Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi
Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Malik
bin an-Nadhar bin Kinanah Abul Hasan dan Husein.
Shahabat yang satu ini mendapat kemuliaan
sebagai pendamping Rasulullah s juga sebagai sepupu dan menantunya.
Semasa kecil, beliau diasuh oleh Rasulullah s, sementara saudaranya , Ja’far bin Abi Thalib d, diasuh oleh Abbas bin Abdul Muththalib d.
Ali bin Abi Thalib d termasuk salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga dan salah
seorang dari enam ali syura. Beliau termasuk sahabat yang Rasulullah s wafat dalam keadaan ridha kepadanya. Beliau adalah khalifah rasyid
yang keempat.
Ketika Abu Bakar d wafat lalu Umar d memegang jabatan khalifah atas dasar
wasiat Abu Bakar kepadanya, Ali bin Abi Thalib d termasuk salah seorang sahabat yang membai’at Umar. Ali d selalu bersama Umar d dan memberikan masukan positif kepadanya. Disebutkan bahwa Umar
memintanya menjadi qadhi (hakim) pada masa kekhalifahannya. Beliau menyertai
Umar bersama para tokoh dari kalangan sahabat ke negeri Syam dan menghadiri
khutbah Umar d di al-Jabiyah.
Ketika Umar d ditikam dan beliau menyerahkan urusan musyawarah kepada enam orang
sahabat, salah seorang di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib d. Lalu mereka menetapkan dua orang calon, yaitu Utsman dan Ali.
Lalu Utsman d terpilih menjadi khalifah. Namun begitu,
Ali d tetap mendengar dan taat kepada Utsman d.
Beliau termasuk salah seorang sahabat
yang ikut serta dalam perang Badar, yang mana Rasulullah s pernah berkata kepada Umar,
و ما يدريك لعل الله اطلع على أهل بدر فقال
اعملوا ما شئتم فقد غفرت لكم
“Tahukah kamu,
sesungguhnya Allah telah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh para peserta
perang Badar. Allah mengatakan, ‘Lakukanlah sesukamu sesungguhnya Aku telah
mengampuni kamu’.”[1]
Ali d juga ikut dalam Bai’atur Ridhwan. Allah Ta’ala berfirman,
لقد رضي الله عن المؤمنين إذ يبايعونك تحت الشجرة
“Sesungguhnya Allah telah
ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon.” (Al-Fath: 18)
Setelah pintu fitnah roboh (yaitu
kematian Umar bin al-Khaththab d), banyak keributan dan fitnah yang
terjadi. Di antara fitnah terbesar setelah kematian Utsman d adalah perselisihan Ali dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan
dengan ummul mu’minin ‘Aisyah g. Ada juga fitnah Khawarij, mereka yang
ghuluw dalam agama sehingga mereka menjadi sesat. Sikap seorang mu’min terhadap
perselisihan ini, dengan tidak mencela seorangpun di antara sahabat. Karena
mereka adalah adil, dan Allah sudah memilih mereka untuk menemani Rasul-Nya.
Tidak pantas jika kita membicarakan perselisihan di antara mereka, kemudian
mencelanya. Wallahu a’lam.
Waki’[2]
meriwayatkan dari Amru bin Munabbih dari Aufa bin Dalham dari Ali bin Abi
Thalib d bahwa beliau berkata, “Tuntutlah ilmu niscaya kamu akan dikenal
karenya. Amalkanlah ilmu niscaya kamu akan menjadi ahlinya. Sebab akan datang
satu zaman suatu saat nanti yang mana sembilan puluh persen dari kebenaran akan
diingkari. Tidak akan selamat darinya kecuali setiap nuwamah[3]
yang memberantas penyakit.merekalah imam di atas hidayah dan lentera ilmu,
bukan orang yang sembrono dan madzayi’ budzur[4].”
Beliau wafat karena ditikam oleh musuh
Allah, al-Fasiq Ibnu Muljam. Akhirnya beliau kembali kepada Rabb-nya. Semoga
Allah meridhai para sahabat nabi yang telah menyampaikan risalah Islam ini
kepada kita. Aamiin.
***
Oleh : Ibnu Surapati
Dengan referensi utama :kitab Tahdzib al-Bidayah wan Nihayah (Masa
Khulafaur Rasyidin) karangan al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (w. 774
H) disusun oleh Dr. Muhammad bin Shamil as-Sulami.
[1] Muttafaqun ‘Alaih
[2] Tarikh Dimasyq, 12/380-381 dari jalur Waki’.
[3] Nuwamah maksudnya adalah orang-orang yang
menahan diri pada saat terjadi fitnah (pertumpahan darah), ia tidak melibatkan
diri sedikitpun. Silahkan lihat Lisanul Arab.
[4] Madzayi’ artinya orang yang suka menyiarkan
berita. Budzur artinya orang yang suka membuka rahasia dan tidak dapat
menyembunyikannya.
No comments:
Post a Comment