"Apakah pantas seseorang itu dikatakan berakal, jika dia menjual Surga dengan syahwat yang sesaat?"

Social Icons

"Demi Allah! Eksistensi seorang Pemuda ditentukan oleh Ilmu dan Taqwanya, jika dua hal ini tidak ada, maka sejatinya dia bukanlah pemuda!"
Al-Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-

Pages

Friday, 11 April 2014

AURAT LELAKI


AURAT LELAKI
Islam adalah agama sebagai konsep hidup yang benar. Mengatur seluruh segi kehidupan, mulai dari aqidah, akhlak, ibadah, muamalah dan sebagainya. Salah satu perkara yang sangat diperhatikan oleh Islam adalah perkara aurat. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah menjelaskan permasalahan ini dengan begitu detail.
Ketika kita mencari pembahasan ini, sangat jarang kita temui. Umumnya berbicara tentang aurat bagi perempuan, karena memang merekalah yang terbesar masalahnya. Namun, apakah aurat lelaki kita anggap kurang penting untuk dibahas? Ingatlah, sudah lewat sebelum kita suatu kaum yang Allah balikkan tanah mereka berpijak dan menghujani mereka dengan api dari langit. Mereka itulah kaum Sodomi atau Liwath.
Siapa yang memerintahkan untuk menutup aurat?
Satu-satunya yang berhak mengatur syari’at adalah Allah Ta’ala. Allah berfirman :
)يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ(
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa (selalu bertaqwa)  itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf [7] : 26)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat di atas, “Allah telah memberikan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan raisy (pakaian indah). Pakaian digunakan untuk menutup aurat, dimana hal ini merupakan perkara yang wajib; sedangkan raisy digunakan untuk perhiasan, dimana hal ini merupakan penyempurna dan tambahan.” (Tafsirul Quranil ‘Adziim).
Aurat bagi lelaki adalah antara pusar dan lutut. Itulah yang wajib ia tutup, sementara selebihnya adalah menurut kepantasan dan tabiat manusia, yaitu malu. Paha termasuk aurat, Imam al-Bukhari di dalam Kitab Shahihnya menyebutkan riwayat:

باب: ما يذكر في الفخذ.

ويروى عن ابن عباس، وجرهد، ومحمد بن جحش، عن النبي صلى الله عليه وسلم: (الفخذ عورة). وقال أنس: حسر النبي صلى الله عليه وسلم عن فخذه، وحديث أنس أسند، وحديث جرهد أحوط حتى يخرج من اختلافه. وقال أبو موسى: غطى النبي صلى الله عليه وسلم ركبتيه حين دخل عثمان. [ر: 3492].
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Jurhud dan Muhammad ibn Jahsy, dari Nabi : “Paha itu adalah aurat”. Anas berkata : ............. dan berkata Abu Musa : “Nabi menutup keuda lututnya tatkala Utsman masuk.”
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dalam Kitab al-Umm pada Bab باب كيف لبس الثياب في الصلاة  :
وكل المرأة عورة إلا كفيها ووجهها وظهر قدميها عورة فإذا انكشف من الرجل في صلاته شيء مما بين سرته وركبته ومن المرأة في صلاتها شيء من شعرها قل أو كثر ومن جسدها سوى وجهها وكفيها وما يلي الكف من موضع مفصلها ...
“Seluruh tubuh wanitas adalah aurat, kecuali kedua telapak tangannya dan wajahnya, sementara punggung kakinya juga aurat. Maka, apabila tersingkap dari seorang lelaki dalam shalatnya apa-apa yang terdapat antara pusar dan lututnya, dan wanita dalam shalatnya sesuatu dari rambut, sedikit atau banyak, dan tubuhnya selain wajah dan telapak tangan serta pergelangannya ..” (Selanjutnya beliau menjelaskan hukum menampakkan aurat dalam salat.)
Berdasarkan penjelasan Imam Asy-Syafi’i di atas, maka aurat bagi laki-laki adalah mulai dari pusar sampai dengan lutut. Barangsiapa yang menampakkan apa-apa yang terdapat di antara itu, berarti dia telah menampakkan auratnya. Misal, seseorang menyingkapkan bajunya kemudian nampak pusarnya, maka dia telah menampakkan auratnya.
Larangan memandang aurat orang lain
Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam agama islam. Bahkan, seseorang dilarang melihat aurat orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan, dimana syariat menutup semua celah terjadinya kerusakan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya. ….(HR. Muslim, 338) Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki ialah dari lutut hingga pusar.
Adapun pandangan yang tidak sengaja maka dia tidak berdosa, asalkan dia segera memalingkan pandangannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seseorang yang memandang dengan tidak sengaja, maka beliau mengatakan:
اصْرِفْ بَصَرَكَ
Artinya: “Palingkanlah pandanganmu.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzy, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany)

Cara berpakaian yang dilarang
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : نهى رسول الله صلى الله عليه و سلم عن لبستين : أن يحتبي الرجل في الثوب الواحد ليس على فرجه منه شيء, و أن يشتمل بالثوب الواحد ليس على أحد شقيه. أخرجه البخاري.
Dari Abi Hurairah radhiyallahu `anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam melarang dua cara berpakain: seseorang memakai sehelai kain dan duduk ihtiba' ( duduk dengan cara menempelkan pantat ke lantai sambil menegakkan kedua betis dan menyandarkan tangan ke belakang ) tak ada kain yang menutupi kemaluannya, dan memakai sehelai kain dengan cara melilitkannya ke seluruh badan ( sehingga bila ingin mengeluarkan tangannya harus mengangkat kainnya ) yang tidak tertutup kain tubuh bagian yang lain". (HR. Bukhari)
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم المتشبهين من الرجال بالنساء, و المتشبهات من النساء بالرجال. رواه البخاري.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari).

Apabila Allah telah menetapkan suatu perkara, maka kewajiban kita adalah patuh dan taat.
}وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا{
 “dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab [33]: 36)
Kesimpulan:
1.       Aurat laki-laki : dari pusar hingga lutut.
2.       Tidak boleh memandang aurat orang lain, juga berarti tidak boleh menyingkapkan aurat.
3.       Larangan hanya memakai sehelai kain yang ditakutkan akan tersingkap auratnya.
4.       Larangan menyerupai perempuan dalam berpakaian, begitu juga sebaliknya.

No comments:

Post a Comment