"Apakah pantas seseorang itu dikatakan berakal, jika dia menjual Surga dengan syahwat yang sesaat?"

Social Icons

"Demi Allah! Eksistensi seorang Pemuda ditentukan oleh Ilmu dan Taqwanya, jika dua hal ini tidak ada, maka sejatinya dia bukanlah pemuda!"
Al-Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-

Pages

Friday 22 January 2016

Pelajaran dari Kisah Nabi Adam dan Hawa



بسم الله الرحمن الرحيم

{وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 10)
Setelah Allah menyempurnakan ciptaan-Nya dan memberinya berbagai kelebihan, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Semua malaikat bersujud karena patuh dan taat pada Allah, tanpa protes. Sujud sebagai penghormatan, bukan sebagai penghambaan. Namun, di antara malaikat itu ada satu yang enggan untuk sujud, dialah Iblis La’natullah ‘alaihi. Dia berdalih dengan sebuah analogi yang keliru: bahwa api lebih baik daripada tanah. Inti dari semua itu adalah sombong dan ujub terhadap diri sendiri.
Allahpun melaknatnya dengan sebab sikapnya itu. Iblis malah semakin menjadi-jadi. Dia mengumumkan peperangan terhadap Allah dan manusia. Dia meminta untuk ditangguhkan umurnya hingga hari kiamat. Allah izinkan. Lantas Iblis berseru, “Karena Engkau telah menghukumi aku tersesat, sungguh aku benar-benar akan menyesatkannya beserta anak keturunannya dari jalan-Mu yang lurus. Aku akan mendatangi mereka dari segala penjuru. Dan Engkau tak kan mendapati banyak dari mereka bersyukur (ta’at)!”
Allah mengusirnya dari surga, karena surga tak pantas bagi orang yang sombong dan ingkar. Surga hanya pantas bagi mereka yang mau membersihkan diri dan patuh pada Allah.
Singkat cerita, Adam ditempatkan di surga, dan Allah menciptakan Hawa’ agar dia merasa tenteram. Mereka berdua asyik di surga dengan segala kenikmatannya, hingga datang Iblis membisikkan pikiran jahat. Dia menggoda mereka dengan memberi kabar dusta yang dihias-hiasi hingga tampak benar. Dia datang dengan iming-iming dan sumpah palsu. Iblis berkata, “Rabbmu tidaklah melarang kalian dari pohon ini, melainkan agar kalian tak menjadi malaikat atau orang-orang kekal. Sesungguhnya aku termasuk orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua.” Dengan tipu dayanya Iblis berhasil meyakinkan mereka berdua. Akhirnya, hawa nafsu saat itu mengalahkan akal. Mereka pun memakan buah dari pohon terlarang itu. Maka, tersingkaplah aurat mereka berdua. Mereka berusaha menutupinya dengan daun-daun surga.
Begitulah, ketika batin telah telanjang dari takwa, dia berpengaruh pada pakaian lahir, maka diapun terlepas dan nampaklah aurat. Ketika aurat keduanya terlihat, keduanya merasa malu dan berusaha menutupinya dengan daun-daun surga.
Kemudian Rabb mereka menyeru-sementara mereka dalam kondisi itu-, “Bukankah Aku telah melarang kalian dari pohon itu, dan Aku katakan, ‘Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu’.” Tapi, mengapa kamu berdua melakukan yang dilarang dan mentaati musuh?
Pada saat itu Allah memberi karunia berupa penerimaan taubat mereka, karena keduanya mengakui kesalahan dan bertaubat mohon ampunan pada-Nya. Allah pun mengampuni, memilih dan memberinya petunjuk. Lalu menurunkan mereka ke dunia. Menjelaskan hakikat kehidupan mereka serta kondisi dan segala sesuatunya. Bahwa mereka akan berkembang biak, hidup dan mati. Dan bahwa Allah akan mengutus para rasul dan menurunkan kitab agar manusia tetap berada di jalan Allah. Barangsiapa yang mengikutinya maka selamat. Barangsiapa yang mengingkari maka dia merugi.
Adapun Iblis, dia tidak mau mengakui kesalahan. Bahkan dia semakin menampakkan kemaksiatannya. Sungguh merugilah orang yang mengikuti jalan Iblis ini. Dia akan mengajak dan mengerahkan pasukannya untuk menyesatkan orang-orang dari jalan Allah. Supaya mereka menjadi temannya yang kekal di neraka Jahannam!
Wahai saudaraku, Allah telah menjadikan untuk kita pakaian serta segala fasilitas di dunia ini, dan pakaian takwa-lah yang paling baik. Pakaian takwa akan menuntun pemiliknya memakai pakaian lahir untuk menutupi aurat. Sementara pakaian lahir mendukung terjaganya pakaian takwa. Jadi, marilah kita memperbagus pakaian takwa dan pakaian lahir, agar kita termasuk hamba-hamba Allah yang bersyukur dan ikhlas serta bertawakkal pada-Nya. Mereka inilah yang tak bisa digoda oleh Iblis.
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ.
“Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl: 99-100)
(Pelajaran dari Tafsir As-Sa’di awal-awal surat Al-A’raf)

No comments:

Post a Comment