بسم الله الرحمن الرحيم
{وَلَقَدْ
مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا
تَشْكُرُونَ}
“Sesungguhnya Kami
telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka
bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 10)
Setelah Allah menyempurnakan ciptaan-Nya dan memberinya berbagai
kelebihan, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Semua malaikat
bersujud karena patuh dan taat pada Allah, tanpa protes. Sujud sebagai
penghormatan, bukan sebagai penghambaan. Namun, di antara malaikat itu ada satu
yang enggan untuk sujud, dialah Iblis La’natullah ‘alaihi. Dia berdalih dengan
sebuah analogi yang keliru: bahwa api lebih baik daripada tanah. Inti dari semua
itu adalah sombong dan ujub terhadap diri sendiri.
Allahpun melaknatnya dengan sebab sikapnya itu. Iblis malah semakin
menjadi-jadi. Dia mengumumkan peperangan terhadap Allah dan manusia. Dia
meminta untuk ditangguhkan umurnya hingga hari kiamat. Allah izinkan. Lantas
Iblis berseru, “Karena Engkau telah menghukumi aku tersesat, sungguh aku
benar-benar akan menyesatkannya beserta anak keturunannya dari jalan-Mu yang
lurus. Aku akan mendatangi mereka dari segala penjuru. Dan Engkau tak kan
mendapati banyak dari mereka bersyukur (ta’at)!”
Allah mengusirnya dari surga, karena surga tak pantas bagi orang yang
sombong dan ingkar. Surga hanya pantas bagi mereka yang mau membersihkan diri
dan patuh pada Allah.
Singkat cerita, Adam ditempatkan di surga, dan Allah menciptakan Hawa’
agar dia merasa tenteram. Mereka berdua asyik di surga dengan segala
kenikmatannya, hingga datang Iblis membisikkan pikiran jahat. Dia menggoda
mereka dengan memberi kabar dusta yang dihias-hiasi hingga tampak benar. Dia
datang dengan iming-iming dan sumpah palsu. Iblis berkata, “Rabbmu tidaklah
melarang kalian dari pohon ini, melainkan agar kalian tak menjadi malaikat atau
orang-orang kekal. Sesungguhnya aku termasuk orang yang memberi nasehat kepada
kalian berdua.” Dengan tipu dayanya Iblis berhasil meyakinkan mereka berdua.
Akhirnya, hawa nafsu saat itu mengalahkan akal. Mereka pun memakan buah dari
pohon terlarang itu. Maka, tersingkaplah aurat mereka berdua. Mereka berusaha
menutupinya dengan daun-daun surga.
Begitulah, ketika batin telah telanjang dari takwa, dia berpengaruh
pada pakaian lahir, maka diapun terlepas dan nampaklah aurat. Ketika aurat
keduanya terlihat, keduanya merasa malu dan berusaha menutupinya dengan
daun-daun surga.
Kemudian Rabb mereka menyeru-sementara mereka dalam kondisi itu-,
“Bukankah Aku telah melarang kalian dari pohon itu, dan Aku katakan,
‘Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu’.” Tapi, mengapa kamu berdua
melakukan yang dilarang dan mentaati musuh?
Pada saat itu Allah memberi karunia berupa penerimaan taubat mereka,
karena keduanya mengakui kesalahan dan bertaubat mohon ampunan pada-Nya. Allah
pun mengampuni, memilih dan memberinya petunjuk. Lalu menurunkan mereka ke
dunia. Menjelaskan hakikat kehidupan mereka serta kondisi dan segala sesuatunya.
Bahwa mereka akan berkembang biak, hidup dan mati. Dan bahwa Allah akan
mengutus para rasul dan menurunkan kitab agar manusia tetap berada di jalan
Allah. Barangsiapa yang mengikutinya maka selamat. Barangsiapa yang mengingkari
maka dia merugi.
Adapun Iblis, dia tidak mau mengakui kesalahan. Bahkan dia semakin
menampakkan kemaksiatannya. Sungguh merugilah orang yang mengikuti jalan Iblis
ini. Dia akan mengajak dan mengerahkan pasukannya untuk menyesatkan orang-orang
dari jalan Allah. Supaya mereka menjadi temannya yang kekal di neraka Jahannam!
Wahai saudaraku, Allah telah menjadikan untuk kita pakaian serta segala
fasilitas di dunia ini, dan pakaian takwa-lah yang paling baik. Pakaian takwa
akan menuntun pemiliknya memakai pakaian lahir untuk menutupi aurat. Sementara
pakaian lahir mendukung terjaganya pakaian takwa. Jadi, marilah kita
memperbagus pakaian takwa dan pakaian lahir, agar kita termasuk hamba-hamba
Allah yang bersyukur dan ikhlas serta bertawakkal pada-Nya. Mereka inilah yang
tak bisa digoda oleh Iblis.
إِنَّهُ
لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. إِنَّمَا
سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ.
“Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas
orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya
kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin
dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl: 99-100)
(Pelajaran dari Tafsir As-Sa’di awal-awal surat Al-A’raf)
No comments:
Post a Comment