"Apakah pantas seseorang itu dikatakan berakal, jika dia menjual Surga dengan syahwat yang sesaat?"

Social Icons

"Demi Allah! Eksistensi seorang Pemuda ditentukan oleh Ilmu dan Taqwanya, jika dua hal ini tidak ada, maka sejatinya dia bukanlah pemuda!"
Al-Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-

Pages

Saturday, 31 May 2014

Bilal bin Rabah -radhiallahu 'anhu- Sang Mu'azzin Rasulullah


Bilal bin Rabah-radhiallahu 'anhu-
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mendengar suara sandalnya di surga.”
Sekarang kita bersama seorang lelaki yang Nabi mendengar suara sandalnya di surga. Dialah orang yang mengumandangkan azan pertama kali di atas Ka’bah di baitil haram. Bahkan, dia adalah lelaki yang dirindui oleh surganya Allah Jalla jalaluh. Sekarang kita bersama lelaki dengan julukan ‘Suara Islam’ Shaut al-Islam.
Tidak seorangpun mendengar nama Bilal–radhiallahu ‘anhu-kecuali dia akan merasakan makna kemuliaan dan ketinggian pada jiwanya. Engkau bahkan hampir tak menjumpai seorang muslimpun, walau berlalu masa dan berbeda tempat, pasti mengenal Bilal. Dialah ‘Shautul Islam’ yang memulai di Mekkah hingga mencapai penjuru dunia: Cina, Australia, Amerika, Eropa dan Afrika Selatan. Dialah maula Abu Bakar ash-Shiddiq, dia sang Mu’azzin Rasulullah.
Bilal termasuk As-Sabiquunal Awwalun (Orang-orang yang pertama masuk Islam) yang disiksa karena berada di jalan Allah, menyaksikan perang Badar, dan Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersaksi padanya atas berita ditentukannya dia sebagai ahli surga.
Lihat, dia masih berjalan di atas bumi tapi disaksikan sebagai penduduk surga. Meskipun begitu beliau tidak merasa sombong. Bahkan semakin memperbanyak amal shaleh dan ketakwaan. Di antara amalan yang sangat beliau jaga dan tekuni adalah wudhu’. Hampir disetiap keadaannya beliau dalam keadaan berwudhu’. Radhiallahu ‘anhu.
Keutamaan Adzan
Sebelum kita melanjutkan kisah beliau, yang terus menggema –Demi Allah- setiap waktu dan kesempatan, marilah kita menyimak beberapa hadits Nabi–Shallallahu ‘alaihi wa sallam-tentang keutamaan adzan. Agar kita mengetahui bagaimana kedudukan lelaki ini.
Kekasih kita, Muhammad–Shallallahu ‘alaihi wa sallam-bersabda: “Barangsiapa yang adzan selama dua belas tahun, maka dia akan masuk surga, dan dituliskan baginya karena adzannya setiap hari enam puluh kebaikan, dan  karena iqamahnya tiga puluh kebaikan.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dari jalan Ibnu Umar, Shahih al-Jami’ [2006])
Beliau–Shallallahu ‘alaihi wa sallam--juga bersabda: “Seorang mu’azzin itu diampuni tatkala mengumandangkan suaranya dan pahalanya seperti pahala orang yang shalat bersamanya.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari jalan Abu Umamah, Shahih al-Jami’ [3466])
Beliau–Shallallahu ‘alaihi wa sallam--bersabda: “Seorang muazzin itu diampuni seukuran suaranya dan bersaksi atasnya setiap yang basah dan yang kering.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasa’i dari jalan Abu Hurairah, Shahih al-Jami’ [4466])
Betapa mulia kedudukan mu’azzin. Bilal-radhiallahu ‘anhu-sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan, akan senantiasa mendapatkan pahala adzan selagi adzan itu masih dikumandangkan hingga hari kiamat!
Kisah Keislamannya
Mari kita mulai kisah yang penuh berkah ini dari awalnya.
Dulu, Bilal adalah seorang budak milik Bani Jumah di Makkah, dan ibunya juga termasuk salah satu budak perempuan mereka.
Konon, beliau mendengar kabar Nabi dari pembicaraan tuannya, Umayyah bin Khalaf–Salah seorang pembesar bani Jumah-bersama kawan-kawannya dan para pembesar dari qabilahnya. Hati mereka telah penuh dengan kegeraman dan kebencian kepada Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam--.
Meskipun begitu, mereka tidak mengingkari sedikitpun keamanahan, kejujuran, kejantanan dan akhlak mulia Nabi–Shallallahu ‘alaihi wa sallam--serta ketajaman dan kejernihan akal beliau. Semua hal tersebut sampai ke telinga Bilal –radhiallahu ‘anhu- hingga dia merasakan di dalam dirinya bahwa agama ini adalah agama yang haq (benar) dan Nabi ini adalah penuntun jalan yang Allah utus kepada umat itu untuk membebaskannya dari kegelapan Jahiliyyah kepada cahaya Tauhid. Dialah Nabi yang mengajak kepada surganya Allah ‘Azza wa Jalla.
Maka Bilal menjawab panggilan kebenaran ini dan melapangkan dadanya seluruhnya untuk menerima cahaya ini. Cahaya yang datang dengannya Nabi–Shallallahu ‘alaihi wa sallam--dari sisi Rabb Semesta alam.
Beliaupun mendatangi Nabi–Shallallahu ‘alaihi wa sallam--dan mengumumkan keislamannya. Maka dia merasa baru dilahirkan kembali seketika itu.
Semoga Allah meridhai beliau dan juga sekalian shahabat.
______
Diterjemahkan dari Kitab Ashhabu ar Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam Karya Mahmud al-Mishri (Abu ‘Ammar). Hal.386-387. Dengan sedikit penyesuaian.

No comments:

Post a Comment