"Apakah pantas seseorang itu dikatakan berakal, jika dia menjual Surga dengan syahwat yang sesaat?"

Social Icons

"Demi Allah! Eksistensi seorang Pemuda ditentukan oleh Ilmu dan Taqwanya, jika dua hal ini tidak ada, maka sejatinya dia bukanlah pemuda!"
Al-Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-

Pages

Saturday, 10 May 2014

Mengenal Jahiliyyah


JAHILIYYAH
Kita sering mengidentikkan kata jahiliyyah dengan kebodohan. Memang kebodohan merupakan salah satu arti jahiliyyah. Namun kita tidak boleh lalai bagaimana sebenarnya maksud kata jahiliyyah ini di dalam Al-Qur’an.
Di dalam Al-Qur’an kata jahiliyyah disebutkan pada beberapa tempat. Secara garis besar jahiliyyah bisa dijelaskan dalam 3 hal, yaitu tabarruj, hukum yang kontradiktif dengan Al-Qur’an dan memperdebatkan kebenaran.
a.      Tabarruj
Tabarruj maksudnya ialah berhias, berdandan dan bertingkah laku maupun berpakaian, kebiasaan tabarruj ini ialah kebiasaan jahiliyyah.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا.(33)
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait  dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al Ahzab [33]:33)

b.      Hukum yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah
Membuat hukum adalah wewenang Allah, sehingga tidak ada seorangpun yang boleh mengada-adakannya. Setiap hukum yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah hukum jahiliyyah, disini termasuk sistem Negara yang menganut hukum tersebut.
Allah Ta’ala berfirman :
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ.(50)
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?(QS. Al Ma’idah [5]:50)
Allah menantang siapapun yang berani membuat hukum selain hukum-Nya.

c.       Memperdebatkan kebenaran
Ketika kebenaran telah tampak jelas, kita wajib mengikutinya tanpa ada bantahan. Perintah Allah merupakan sesuatu yang wajib dipatuhi, jika tidak dipatuhi maka konsekuensinya adalah azab. Begitu juga dengan larangan Allah adalah sesuatu yang wajib ditinggalkan, jika tidak konsekuensinya adalah azab. Kita dianjurkan untuk berlindung kepada Allah dari orang-orang yang memperdebatkan kebenaran.
Firman Allah Ta’ala,
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ.(67)
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." (QS. Al-Baqarah [2]:67)

Kita harus mengenal jahiliyyah agar dapat membedakannya dari kebenaran dengan sebenar-benarnya. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata: “Ikatan Islam akan terlepas ikatan demi ikatan, jika seseorang yang hidup dan tumbuh dalam Islam, tapi tak mengenal jahiliyyah”.
Betapa pentingnya kita mengenal jahiliyyah dari kebenaran, antara hitam dan putih. Mengenal jahiliyyah bukan berarti masuk ke dalamnya, tetapi mempelajarinya dengan memahami ciri-ciri dan karakternya sebagaimana difirmankan Allah dalam beberapa ayat di atas,

Jika kita berada dalam kejahiliyyahan, apalagi sampai tidak mengetahui bahwa itu kejahiliyyahan, maka sudah sepantasnya kita mempedomani Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya, dan keluar dari kegelapan (dzulumat) menuju cahaya (nur).
الر. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ.(1)
Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim [14]:1)
Kita juga wajib meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah telah merekomendasikan langsung tentang ini dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.(21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [33]:21)
Kemudian kita juga harus mencontoh generasi terbaik yang telah disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya : “Sebaik-baik manusia adalah sahabatku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.
Perintah mengikuti mereka juga tersirat dalam firman Allah Ta’ala,
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.(100)
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.(QS. At Taubah [9]:100)
Mengikuti mereka (para sahabat) tentu tidak lepas dari koridor Al-Qur’an, kita tetap pada kurikulum Islam yang dipraktekkan Rasulullah untuk menggembleng mereka.
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ.(164)
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(QS. Ali Imran [3]:164)
Akhirnya, hidayah itu hanya dari Allah, tugas kita hanya menyampaikan dan mengajak.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ.(21)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.(QS. Al Ghasyiyah [88]:21)
إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ.(11)
“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (QS. Yaasiin [36]:11)
Saudaraku, sungguh mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mengajarkan kita sebuah do’a:
Ya muqallibal quluub, tsabbit qalby ‘ala diinik.
“Wahai Dzat yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”

Wallahu a’lam bissawab

No comments:

Post a Comment