JAHILIYYAH
Kita sering
mengidentikkan kata jahiliyyah dengan kebodohan. Memang
kebodohan merupakan salah satu arti jahiliyyah. Namun kita tidak boleh lalai
bagaimana sebenarnya maksud kata jahiliyyah ini di dalam Al-Qur’an.
Di dalam Al-Qur’an
kata jahiliyyah disebutkan pada beberapa tempat. Secara garis besar jahiliyyah bisa
dijelaskan dalam 3 hal, yaitu tabarruj, hukum yang
kontradiktif dengan Al-Qur’an dan memperdebatkan kebenaran.
a.
Tabarruj
Tabarruj maksudnya ialah berhias, berdandan dan bertingkah
laku maupun berpakaian, kebiasaan tabarruj ini ialah kebiasaan jahiliyyah.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ
الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ
أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا.(33)
“Dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (QS. Al Ahzab [33]:33)
b.
Hukum yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah
Membuat hukum adalah wewenang Allah, sehingga tidak
ada seorangpun yang boleh mengada-adakannya. Setiap hukum yang bertentangan
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah hukum jahiliyyah, disini termasuk sistem
Negara yang menganut hukum tersebut.
Allah Ta’ala
berfirman :
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ
حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ.(50)
“Apakah hukum
Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al Ma’idah [5]:50)
c.
Memperdebatkan kebenaran
Ketika kebenaran telah tampak jelas, kita wajib
mengikutinya tanpa ada bantahan. Perintah Allah merupakan sesuatu yang wajib
dipatuhi, jika tidak dipatuhi maka konsekuensinya adalah azab. Begitu juga
dengan larangan Allah adalah sesuatu yang wajib ditinggalkan, jika tidak
konsekuensinya adalah azab. Kita dianjurkan untuk berlindung kepada Allah dari
orang-orang yang memperdebatkan kebenaran.
Firman Allah Ta’ala,
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا
هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ.(67)
“Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka
berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa
menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang
dari orang-orang yang jahil." (QS. Al-Baqarah [2]:67)
Kita harus mengenal jahiliyyah agar dapat membedakannya
dari kebenaran dengan sebenar-benarnya. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa
Umar bin Khattab radhiallahu
‘anhu berkata: “Ikatan Islam akan terlepas
ikatan demi ikatan, jika seseorang yang hidup dan tumbuh dalam Islam, tapi tak
mengenal jahiliyyah”.
Betapa pentingnya kita mengenal jahiliyyah dari kebenaran, antara hitam
dan putih. Mengenal jahiliyyah bukan berarti
masuk ke dalamnya, tetapi mempelajarinya dengan memahami ciri-ciri dan
karakternya sebagaimana difirmankan Allah dalam beberapa ayat di atas,
Jika kita berada dalam kejahiliyyahan, apalagi
sampai tidak mengetahui bahwa itu
kejahiliyyahan, maka sudah sepantasnya kita mempedomani Al-Qur’an dengan
sebenar-benarnya, dan keluar dari kegelapan (dzulumat) menuju cahaya (nur).
الر. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ.(1)
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.”
(QS. Ibrahim [14]:1)
Kita juga wajib
meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah telah merekomendasikan langsung tentang ini
dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.(21)
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al
Ahzab [33]:21)
Kemudian kita juga harus mencontoh generasi terbaik
yang telah disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya : “Sebaik-baik manusia adalah sahabatku,
kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.”
Perintah mengikuti mereka juga tersirat dalam firman Allah Ta’ala,
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.(100)
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS.
At Taubah [9]:100)
Mengikuti mereka (para sahabat) tentu
tidak lepas dari koridor Al-Qur’an, kita tetap pada kurikulum Islam yang
dipraktekkan Rasulullah untuk menggembleng mereka.
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ
رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي
ضَلالٍ مُبِينٍ.(164)
“Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran [3]:164)
Akhirnya, hidayah itu hanya dari Allah, tugas kita
hanya menyampaikan dan mengajak.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ.(21)
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang
yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghasyiyah [88]:21)
إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ
بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ.(11)
“Sesungguhnya
kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan
dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang
mulia.” (QS. Yaasiin [36]:11)
Saudaraku, sungguh mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mengajarkan kita sebuah
do’a:
Ya muqallibal quluub,
tsabbit qalby ‘ala diinik.
“Wahai Dzat
yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”
Wallahu a’lam bissawab
No comments:
Post a Comment